Mari saya akan membahas, kronologis Papah meninggal.
Perhatian!
(Maaf,Diary ini akan sangat panjang dan kemungkinan ada emosi yang membingungkan atau emosi yang berlebihan)
(Kemungkinan, bisa membuat anda (pembaca) tersinggung)
Sebelum tanggal 30 Oktober 2013, Papah ingin menyapu halaman karena banyak daun dan pembantu belum datang. Tiba - tiba, Papah mulai sakit punggung. Ternyata papah mulai tidak bisa bekerja berat seperti itu.
Setelah itu, Papah dan Mamah sering ngecek darah ke Lab klinik Pramita. Kondisi papah mulai tidak nyaman seperti tekanan darah papah rendah.Papah mulai agak pucat dan badannya dingin saat itu. Saya memegang tangan papah yang dingin. Papah pun mengatakan bahwa tangan saya selalu hangat. Saya juga tidak mengerti saat itu. Lalu 2 hari sebelum tanggal 30 Oktober 2013 Papah sudah tidak bisa kencing selama dua hari.
Pada hari Rabu, 30 Oktober 2013, Saya dikabarkan oleh Mamah bahwa Papah akan dirawat di rumah sakit Advent, dimana saya sedang di Richeese factory di Dipatiukur bersama kakak senior saya. Hal itu membuat saya agak syok dan berpikir dan feelling bahwa keadaan papah mulai tidak nyaman benar terjadi.
Papah dirawat, karena badan papah gendut dan tekanan darah papah cukup rendah, suster tersebut susah mencari urat nadi untuk diinfus dan setelah itu papah akan di kateter, tetapi kencing papah tidak keluar lewat kateternya.
Keesok harinya, Hari kamis 31 Oktober 2013 (Emosi saya benar - benar kacau. Lebih sering nangis. Saya mencoba untuk berdoa untuk papah bisa lebih baik.) Papah sedang di X-Ray. Ternyata Ginjal papah ada batu ginjal yang tertutup di katung kemihnya. Setelah itu, Dokter ginjal berencana untuk membolong punggung bawahnya sebelah kiri dan kanan supaya kencing itu keluar, namanya di Neprostomi kalau tidak salah.
Hari Jumat, 1 November 2013. Papah dibawa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin karena alat yang untuk Neprostomi itu, ditempat tersebut. Setelah di neprostomi kiri dan kanan. ternyata sebelah kanan, kencingnya lebih banyak keluar. Sedangkan, sebelah kiri ternyata tidak keluar kencingya karena kata dokter urolog terlalu jauh titik yang harus masuknya dan takut terjadi buruk terhadap papah. Kata Papah, ditusuknya sakit sekali dan pegal, karena tidak bius.
Hari Sabtu, 2 November 2013. Keadaan Papah lebih membaik karena sudah keluar kencingnya dan Saudara Papah menjenguk dia. Saya masih berurusan dengan kampus karena setiap hari sabtu ada CRC (semacam Seminar). Dan saya dikabarkan lagi dari mamah bahwa Papah harus masuk ke ICU. Hal ini, membuat saya deng - deng kan lagi.Saya bertanya kenapa, ternyata jantung papah tidak normal, berdegubnya kecang disaat dia sedang keadaan berbaring. Saya sampai ke kamar papah dan langsung di bawa ke gedung lama Advent karena adanya alat monitor pasien hanya ada di tempat ICU itu. Lalu, saya dan mamah menunggu tempat orang menunggu pasien ICU dan HCU. Karena jam jenguk untuk pasien ICU dan HCU terbatas, dari jam 10.00 - 12.00 dan 16.00 - 18.00. Selama menunggu, Mamah bertanya -tanya dengan tamu pasien ICU keadaan pasien ICU tersebut. dan hari itu ada yang meninggal sekitar jam 15.00. Suara kesedihan membuat para penunggu pasien ICU atau HCU tegang termasuk Mamah. Setelah jam 16.00, Semua pasien ICU dan HCU diperbolehkan jenguk. Saya dan Mamah masuk jenguk Papah. Mamah langsung mengeluh meminta Papah kembali ke kamarnya dan Papah juga berpikir sama ingin kembali. Tetapi untuk kembali ke kamarnya harus minta izin dari ke empat dokter dari dokter ginjal, urolog, jantung, dan dokter jaga pada hari sabtu itu. Tetapi keadaan papah, lebih sering bercanda. Hal itu, membuatku tenang sedikit. Yang menjaga malam hari itu, kakak saya yang pertama. Saya dan Mamah pulang.
Hari Minggu, 3 November 2013. Saya menjenguk papah jam 10.00. Keadaan papah masih normal dan menceritakan bahwa malamnya papah ketemu daemon seekor monyet yang duduk diatas dada sebelah kiri papah. Papah senang dan berusaha mengelus daemon papah itu tetapi setelah disentuh ternyata tidak ada dan juga papah mendengarkan suara berisik, seperti orang batak mengobrol kencang. Saat itu, mamah tidak yakin percaya sedangkan saya yah.. percayakan saja, dalam diriku ingin ketemu semacam itu daemon.
Papah masih belum bisa keluar karena dokter ginjal belum diaccept melalui sms. Papah mulai marah kepada suster. Mengapa yang masuki ke ICU dari satu dokter, sedangkan untuk keluar ICU harus dapat izin 4 dokter? Papah mulai agak mogok makan. tiba-tiba Papah dapat izin bisa balik ke kamarnya. Akhirnya Papah mau makan. Saya dan Mamah menunggu keluarnya Papah dari ICU. Sore itu, Papah sudah ke luar ICU dan Mamah merasa lebih tenang. Kamarnya masih sama yang papah tempatkan. Hari itu, kakak saya yang kedua menjaga Papah.
Hari Senin dan Selasa, Papah sedang dicuci darah dan persiapan operasi mengambil batu ginjalnya untuk hari Rabu.
Hari Rabu, 6 November 2013. Operasi akan dimulai jam 16.00. Saya izin untuk tidak les musik flute. Untuk menunggu operasinya Papah. Papah terlihat tengang pada saat itu dan kami keluarga percaya semua akan baik - baik saja. Selama menunggunya operasi papah, Saudara Papah tiba - tiba datang, membawa kue banyak dan ikut menunggu papah. Operasi papah selesai sekitar 5 atau 6 jam. Batu ginjal hanya bisa keluar satu, sedangkan batu ginjal lainya masih ada di dalam tubuh papah, tetapi operasi itu dihentikan karena papah mengalami pendarahan. Pendarahan itu terjadi karena batu ginjal tersebut sangat lengket menempel di daging terlalu lama. Papah masih keadaan di bius tetapi papah sudah gerak, terlihat kesakitan. Pada hari itu, harusnya dibawa ke ICU tetapi mendadak liftnya mati, akhirnya papah harus tunggu, padahal papah terlihat gelisah kesakitan. Akhirnya liftnya sudah nyala langsung papah dibawa ke ICU. Sampai tengah malam, Papah sudah masuk di ICU, saudara papah langsung pulang. Yang jaga malam itu, kakak saya yang pertama.
Batu ginjal papah yang diambil sebelah kanan
Hari Kamis, 7 November 2013 Papah sudah mulai sadar total. Papah masih memakai selang bius. Papah benar - benar tidak tahu apa yang terjadi yang tadi malam. Saya tidak mengerti apa yang papah maksud. Papah meminta buku tulis dengan bahas isyarat. . Akhirnya papah menulis pertanyaan - pertanyaan, apa yang terjadi kemarin malam. Ternyata, waktu papah gerak kesakitan itu, papah masih belum sadar. (Selama, Papah menulis dibuku catatan kecil itu. Saya berpikir bahwa kemungkinan ini yang terakhir papah menulis Waktu itu saya memang tidak pasti, tetapi entah kenapa saya berpikir dan feeling begitu. Maafkan kesensitifan saya.)
Papah diizinkan balik ke kamarnya dua hari kemudian.
Hari Sabtu, 9 November 2013 Saya ingin menjaga papah hari malam itu. Saya lebih banyak mengobrol dengan papah. Hanya papah yang saya bisa diajak ngobrol tentang kuliah saya, tentang kelucuan para dosen DKV. Saya memang banyak bercerita hal - hal yang tidak penting kepada papah. Malam itu, saya nonton TV bareng papah, dan saya baru sadar sekarang itu terakhir saya nonton bareng. Papah merasa mulai sakit perut.
Hari Minggunya, Saya pulang untuk mengerjakan tugas - tugas DKV. Kakak saya yang kedua pulang ke Jakarta.
Hari Senin, 11 November 2013, Papah diizinkan untuk pulang ke rumah selama seminggu tetapi seminggu lagi papah akan menjalani operasi kedua. Keluarga saya tenang, dan Papah juga senang,tetapi papah masih keadaan sakit perut. Papah tetap harus bawa neprostomi yang sebelah kiri karena papah kencing melewati itu. Papah bangun dari tempat tidur hampir tidak seimbang. Papah sudah perlu dibantu untuk berjalan.Pada sore harinya, Papah sudah pulang. Mompi (anjing maltese) yang sangat dekat dengan papah, langsung mengkaing keras kepada papah karena terlalu kangen dengan papah. Hal ini, membuatku sangat kesal. Mompi mendekati papah terus selama seminggu. tidak mau keluar dari kamar.
Selama seminggu itu, Papah tidak bisa makan daging, yang mengadung kalium. Papah hanya bisa makan sayuran, tahu dan semacam makanan sehat. Suatu saat, papah minta masakin mie kuah hijau. Saya merasa aneh.Semakin lama, papah semakin sedikit makannya, karena sakit perutnya papah. Papah semakin lama semakin lemas, badan papah kembali dingin, dan papah jadi lebih diam. Saya sempat membuat tugas bareng dengan papah, keadaan itu papah masih bisa berpikir.
Sehari sebelum papah pergi ke rumah sakit Advent lagi, Saya (maafkan kemanjaan dan sensitifan saya) merasa papah sudah tidak peduli keadaan saya. Sudah mulai fokus ke rasa sakit tersebut.
Hari Senin, 18 November 2013. Papah dengan Mamah pergi ke Lab klinik Pramita, untuk mendapatkan hasil Lab.
Hari Selasa, 19 November 2013.(Keadaan saya mulai sangat gelisah, berbuat kacau lagi.)
Papah kembali ke rumah sakit Advent dan langsung ke UGD. Papah sudah mulai pucat dan haus berlebihan. Para suster kesulitan mencari urat nadinya karena tekanan darah papah sangat rendah. Mamah bercerita bahwa papah harusnya langsung ke ICU, tetapi kamar di ICU itu sudah penuh dan menyuruh ke rumah sakit lain. Mamah langsung marah kepada suster dan menjelaskan bahwa papah pernah dirawat di Rumah sakit Advent.dan dokter - dokter itu dari sini. Suster itu langsung terdiam akhirnya papah bisa dirawat rumah sakit advent. Tetapi keadaan papah sangat buruk. Saya mendengar dari keluhan suster, Kondisi papah semuanya jelek. Mamah sudah mulai lelah tetapi masih ingin pedulikan saya.
Saya sangat kesal karena hari itu saya harus ke kampus, mengerjakan tugas kelompok, setelah saya selesai kerja kelompok saya langsung ke kamar papah. Dimana papah memakai monitor pasien cadangan dari UGD dan menambah trombosit darah O - nya. Papah tidur lemas. Kakak saya yang kedua datang dari Jakarta. Udara kamar papah sangat dingin. Dimana badan papah lebih dingin. Saya hanya memegang tangan papah dan tangan papah mencekram keras.
Datang suster ingin meminta tanda tangan untuk papah pindah ke ruang HCU Malam itu, Mamah yang jaga malam.
Hari Rabu, 20 November 2013
Paginya, Papah sudah di HCU. Saya melihat papah masih kesakitan saja. Saya sudah mulai merasa kesepian. Mamah dan kakak saya kedua sangat dekat, mereka saling membahas apapun dan merencanakan siapa yang menjaga malam hari itu. Saya hanya penuh diam. Saya ingat, setiap hari rabu saya ada flute. Saya merasa sangat malas tidak bisa les. Saya mengirimkan sms kepada Allegria bahwa saya tidak akan les flute hari itu, menceritakan keadaan papah, dan Mba dari Allegria itu membalas, Baik dan Semoga Papah cepat sembuh katanya lewat sms.
Keputusan hari itu, yang jaga malam hari berdua mamah dan kakak saya kedua. Lalu, tadinya saya dan mamah akan pulang terlebih dulu. Tetapi, saya menolak. Saya akan menunggu papah lagi, jam 16.00 jam besuk. Mamah pulang ke rumah. Saya dan Kakak kedua saya menunggu jam besuk. Saya duduk di luar tempat menunggu Pasien ICU/HCU, sedangkan Mba Anggi (Kakak kedua) tidur di tempat menunggu pasien ICU/HCU.
Saya duduk menggambar tidak berarti (doodling) di buku A5 canson berwarna ungu memakai spidol hijau (yang kebetulan kesukaan warna papah). Saya melihat pa satpam bercerita tentang rumah sakit advent, dan dokter - dokter kepada orang yang menunggu pasien, Pa satpam tersebut, selalu mendapatkan makanan dan minuman dari para penjenguk. Saya hanya menunggu. dan kuat duduk di tempat kursi keras itu.
Sampai jam 16.00 pintu HCU dibuka, Saya melihat keadaan papah. Papah tidurnya selalu di deket jendela. Saya melihat diluar ternyata pas pintu gerbang keluar masuknya rumah sakit Advent. Papah mendesah keras, kesakitan, saya dan mba anggi hanya merasa iba. Kondisi Papah, Tensinya mulai menaik, tetapi jantung papah lebih naik dari biasanya, seperti lebih kencang dari biasanya. Papah bertanya - tanya kepada Mba anggi tentang sesuatu.. (saya tidak mengingatnya).
Gelisah saya semakin menjadi - jadi, Stress, Papah sudah tidak komunikasi ke saya, tidak ada yang ditanyakan,Saya sudah tidak kuat lagi, dan mendadak pergi keluar dari tempat HCU, Saya langsung ke WC wanita dan masuk dalam langsung menangis susah berhenti. Saya terkena emosi yang membuatku bingung. Mengapa mendadak menangis? kira - kira saya 10 menit di WC dan saya keluar duduk di bangku bawah tangga untuk menenangkan diri selama kira -kira 20 menit.
Saya cukup lama diluar dan berpikir kosong. Setelah saya siap lagi ke HCU, Papah ketemu dokter lambung, Dokter lambungnya terlihat tegang, tensi papah menjadi turun kembali sejak cuci darah. Dokter lambung berkata," Ini harus segera lakukan sesuatu, kalau umurnya masih panjang." Saya mendengarnya syok. Apakah saya salah dengar? Apakah Mba Anggi mendengar yang dikatakan oleh dokter lambung tadi? Mba Anggi terlihat diam saja. Saya hanya kembali tegang. Mungkin karena saya habis dari emosional yang tak terduga tadi.
Waktu, Jenguk sudah habis. Saya dan Mba Anggi harus keluar. Saya memberikan dadah kepada papah. Papah mengucapkan dadah juga, tetapi saya tidak melihat papah langsung pergi.
Saya dan Mba Anggi kembali duduk bangku. Jam 20.00, Mamah sudah datang menggantikan saya. Saya akan pulang, sebelum pulang mamah mendadak mencium pipi saya berkali - kali. Saya hanya bingung. Mba anggi berkata ngapain sih? kata mamah, ga apa - apa, Anakku! Saya langsung pulang.
Selama perjalanan pulang, saya hanya terasa hampa. Sampai rumah, saya langsung makan karena saya belum makan dari pagi. Pagi hanya makan Roti. Mas Yoga, (Kakak saya yang pertama) sedang mengerjakan pekerjaanya. Saya duduk di teras menuju kebun menemani mompi ke kebun (tidak biasanya saya duduk di teras kebun), dan berpikir, Mungkin hari ini.. Saya ibadah sholat Isya, Emosi yang bergejolak. sampai mengeluarka kata - kata fatal seperti Biarkan saja! toh dia juga udah tidak kuat lagi. Bentar lagi dia............. Mengapa saya mendadak bepikir begitu? Buat apa saya bilang begitu? Saya semakin bingung.
Sekitar jam 20.30, saya ke kamar mamah, ngangkut mompi ke tempat tidurnya dan membawa laptop bertujuan mengerjakan tugas DKV.
Tiba - tiba, sekitar jam 21.00. Mas Yoga memanggil saya dengan nada urgent. Saya keluar dari kamar mamah, Katanya Ayo, cepet ke Advent..Dari kata itu, saya langsung tahu apa yang terjadi dengan papah. Saya masih pakai baju dan celana pendek hanya ditambah memakai jaket besar. Saya dan Mas yoga langsung naik mobil Juke merah. Selama perjalanan, saya mendengar isakan tangisan mas yoga. Mendadak, salah jalan, saya hanya diam saja, Mas yoga langsung membodohi diri sendiri dengan nada depresi.
Sampai rumah sakit Advent, menuju HCU. Mas yoga berkata,"Yang kuat yah..Tih". Saya hanya diam saja.
Sampai hampir ke HCU. Pak satpam menghentikan kami berdua. Sampai Mas Yoga akhirnya Ayah saya meninggal. Pak satpam langsung memperbolehkan masuk. Saya hanya hampa.
Masuk ke HCU, ada Mba Anggi udah menangis. Mamah sedang duduk dengan nangis paling keras dan mengucapkan Astagfirullah berkali - kali. Saya melihat Papah yang terbaring lurus, yang sedang di RJP oleh banyak suster. Mamah melihat saya, langsung memeluk saya dan mengatakan, Ade, Maafkan Papah yah Nak.. Maafkan Papah yang tidak sanggup lagi. Terus mengatakan seperti itu. Ga apa" nangis aja dek. Saya benar - benar tidak bisa nangis pada saat itu. Saya hanya terdiam liat Papah yang sedang di RJP. Cukup lama di RJPnya. Saya melihat monitor pasiennya papah Jantung papah sudah tidak normal lagi lebih dari 180. Para suster masih melakukan RJP dengan cepat. Saya berpikir, Mereka ngapain sih? Kan Papah udah jelas ga ada. Apakah mereka hanya formalitas aja melakukan itu? (Maafkan pesimis saya)
Kurang lebih 15 menit kemudian.. Suster sudah menyerah dengan formalitas lagi," Kami sudah melakukan sebisa mungkin tetapi bapak Joni tidak ada respon." Mamah mengatakan Innalilahi wainalilahi rajiun." Kata suster silahkan kalau mau berdoa. Mamah saya berdoa dan mengelus kepala papah. Saya melihat papah, benar - benar tidak bernyawa dan saya hanya bilang dalam diriku, Terima kasih papah.. You did great job.
Saya sempat bertanya kepada suster yang didekat papah, Mengapa bisa terjadi begini? Suster bilang Pak Joni mendadak pendarahan berlebihan selama cuci darah, sampai darahnya tumpah ke kasurnya. Kami cepat - cepat mengatikannya. Jadi, papah sempat kehabisan darah juga? Saya bingung. Apakah dia mengatakan benar? Dari keadaan waktu itu, saya yakin suster akan mengatakan benar. Jadi saya percaya saja. Saya kurang yakin karena mengapa salah satu keluarga saya tidak bilang papah sempat kehabisan darah? Hal itu seperti menjadi tidak penting. Saya akhirnya berterima kasih kepada suster atas infonya. Saya hanya memeluk papah lama dengan badan yang sudah aneh dipegang.
Mamah, dan kedua kakak saya sibuk menginformasi kepada saudara - saudara di Jakarta.
Akhirnya, diputuskan Papah makam di Tanah Kusir, Jakarta.
Bersama saudara papah ke 5 yang sudah meninggal lama.

No comments:
Post a Comment