Diary kedua ini tentang Papah saya, yang bernama Joni Julianto.
Saya menulis ini karena Papah saya udah meninggal pada tanggal 20 November 2013.
Saya dan Papah sangat deket, bisa dibilang saya agak "father complex".
Perhatian!
(Maaf,Diary ini akan panjang dan kemungkinan ada emosi yang membingungkan atau emosi yang berlebihan)
(Kemungkinan, bisa membuat anda (pembaca) tersinggung)
(Foto ini dari Google, Kalau tidak salah difoto oleh salah satu reuni papah. Papah sedang Reuni SMA di Plaza Senayan, dan saya tidak sengaja berada di tempat reuni itu.)
Papah lahir di Jakarta, 02 Juni 1950. Papah anak ke 4 dari 7 bersaudara. Keluarga papah, memang keluarga jantung jelek, karena saudara papah yang ke 5 dan 7 meninggal karena jantung. Papah hidup di Jakarta dari SD sampai SMA. Lalu, setelah papah menjadi mahasiswa. Papah kuliah di ITB jurusan TI (Teknik Industri). Setelah itu, Papah mengajak Mamah dan kedua kakak saya pindah ke Bandung, karena Papah mulai bekerja di IPTN.
Papah lahir di Jakarta, 02 Juni 1950. Papah anak ke 4 dari 7 bersaudara. Keluarga papah, memang keluarga jantung jelek, karena saudara papah yang ke 5 dan 7 meninggal karena jantung. Papah hidup di Jakarta dari SD sampai SMA. Lalu, setelah papah menjadi mahasiswa. Papah kuliah di ITB jurusan TI (Teknik Industri). Setelah itu, Papah mengajak Mamah dan kedua kakak saya pindah ke Bandung, karena Papah mulai bekerja di IPTN.
Pada waktu itu tahun 1992 saya masih bayi, lahir di Jakarta sebentar dan menjalani hidup di Bandung.
Papah pernah menjadi Direktur IPTN, seingat saya Papah pernah masuk koran Pikiran Rakyat pada waktu saya masih SD.
Lalu,Papah mulai pensiun waktu saya SMP.
Disinilah, Papah mulai mengurus kebutuhan dan mendirikan kepribadian / personal saya. Dari mengajarkan pelajaran IPA, Matematika dimana saya mengalami kesulitan mata kuliah tersebut. Membiayai sekolah sampai kuliah,Memasuki saya les - les seperti GEO,SCC,Villa Merah, olahraga renang / bela diri Aikido dan Musik Allegria. Saya hanya mengerti tentang visual seperti menggambar dan Papah saya orangnya logis tetapi selalu mendukung saya selama 9 tahun.
MBTI Papah adalah ISTJ, (Introvert, Sensing, Thinking, dan Judgement). Papah saya, memang suka bertanya - tanya tentang agama yang menurut dia tidak jelas dan tidak masuk akal. Dia menyukai ilmu / pengetahuan yang ekstrem. Contohnya, pernah di Discovery channel mengatakan bahwa nabi Musa tidak ada. Di lemari lantai atas, banyak buku - buku papah dari buku Management, buku / novel Sejarah seperti Gajah Mada, dan banyak buku tentang agama / tafsir.
Papah seperti mencari Tuhan dan akhirnya mungkin ketemu atau bisa juga tidak ketemu. Papah selalu bertanya kenapa harus begini, kenapa harus begitu tentang agama sampai banyak orang yang ditanya pun tersinggung. Namun, papah saya tidak atheis. Dia rajin beribadah, selalu tiap hari sholat dari subuh - isya ditambah sholat sunnah, sholat Tahajud, dan sholat Jumat. Disaat bulan puasa, selalu papah menjadi imam Tarawih di rumah dan saya mengikutinya.
Birth Tarot Card Papah adalah The Lovers dan The Devils.
Kemungkinan, Papah memang seorang Penyayang kepada orang yang dia sayangi, tetapi dia bisa menjadi orang yang menyebalkan disaat dia berpikir buruk atau situasi yang menurut dia tidak menyenangkan.
Papah seorang penyayang karena menyukai hewan - hewan seperti doggy,semejak mompy (anjing Maltese) datang, waktu saya SMP. Papah saya selalu mengajak mompy jalan - jalan pagi, kasih makanan ringan membuat mompy jadi overweight (gendut).
Mompy menjadi sangat dekat kepada papah, karena ini saya mulai kesal karena mompy suka mendekati papah terus. Saya lebih penyayang kucing, tetapi saya pernah bisa deket mompy disaat dia minta garukin punggung.
Saya dan Papah itu bisa dibilang hampir sama. Saya selalu mendengarkan apa yang papah pikirkan tentang keluhan papah tentang agama, politik, dan kehidupan nyata. Saya tidak punya pengetahuan tentang politik akhirnya apa yang dia sampaikan, setuju saja. Tetapi, mulai berbeda pendapat tentang selera musik, dan visual karena saya lebih berintuisi dan berpengalaman tentang visual design.
Dari saya kecil, saya dan papah selalu nonton bareng di bioskop dari film populer action, perang, fantasy, dan animasi. Hanya saja papah, tidak selalu menonton animasi (tidak seperti saya yang fanatik). Tetapi, saya mengerti film animasi yang papah bisa ditonton. Akhirnya, Papah senang, itu membuat saya terhibur.
Entah kenapa, Bila saya jalan - jalan ke mall atau pergi ke tempat asing, selalu bersama Papah. Banyak yang bilang bahwa papah terlalu protective saya, sehingga saya menjadi tidak mandiri. Tetapi, menurut papah yakin sekali bahwa saya akan mandiri nanti setelah saya selesai kuliah dan mendapatkan pekerjaan. Papah selalu stress bila saya nyetir sendiri. Hal ini, saya mengakui papah memang membuat saya ragu - ragu untuk pergi jauh. Setiap saya ingin pergi, harus dengan supir saya. Terkadang, saya anak yang emosi tidak terkontrol, akhirnya saya jalan kaki dari sekolah ke rumah atau dari kampus ke rumah. Saya mempunyai dua pikiran, saya senang bareng papah karena selalu bercerita keadaan saya dan saya stress karena selalu bareng apapun dan kemanapun. Dalam keadaan sekarang, saya menyesal.
Saya sudah terlalu melekat dengan papah, apapun keputusan papah, saya terima. Tetapi, bila ada keadaan yang mendesak, saya bisa memberikan keputusan sendiri, ini terjadi semejak saya kuliah.
Disinilah, Papah mulai mengurus kebutuhan dan mendirikan kepribadian / personal saya. Dari mengajarkan pelajaran IPA, Matematika dimana saya mengalami kesulitan mata kuliah tersebut. Membiayai sekolah sampai kuliah,Memasuki saya les - les seperti GEO,SCC,Villa Merah, olahraga renang / bela diri Aikido dan Musik Allegria. Saya hanya mengerti tentang visual seperti menggambar dan Papah saya orangnya logis tetapi selalu mendukung saya selama 9 tahun.
MBTI Papah adalah ISTJ, (Introvert, Sensing, Thinking, dan Judgement). Papah saya, memang suka bertanya - tanya tentang agama yang menurut dia tidak jelas dan tidak masuk akal. Dia menyukai ilmu / pengetahuan yang ekstrem. Contohnya, pernah di Discovery channel mengatakan bahwa nabi Musa tidak ada. Di lemari lantai atas, banyak buku - buku papah dari buku Management, buku / novel Sejarah seperti Gajah Mada, dan banyak buku tentang agama / tafsir.
Papah seperti mencari Tuhan dan akhirnya mungkin ketemu atau bisa juga tidak ketemu. Papah selalu bertanya kenapa harus begini, kenapa harus begitu tentang agama sampai banyak orang yang ditanya pun tersinggung. Namun, papah saya tidak atheis. Dia rajin beribadah, selalu tiap hari sholat dari subuh - isya ditambah sholat sunnah, sholat Tahajud, dan sholat Jumat. Disaat bulan puasa, selalu papah menjadi imam Tarawih di rumah dan saya mengikutinya.
Birth Tarot Card Papah adalah The Lovers dan The Devils.
Kemungkinan, Papah memang seorang Penyayang kepada orang yang dia sayangi, tetapi dia bisa menjadi orang yang menyebalkan disaat dia berpikir buruk atau situasi yang menurut dia tidak menyenangkan.
Papah seorang penyayang karena menyukai hewan - hewan seperti doggy,semejak mompy (anjing Maltese) datang, waktu saya SMP. Papah saya selalu mengajak mompy jalan - jalan pagi, kasih makanan ringan membuat mompy jadi overweight (gendut).
Mompy menjadi sangat dekat kepada papah, karena ini saya mulai kesal karena mompy suka mendekati papah terus. Saya lebih penyayang kucing, tetapi saya pernah bisa deket mompy disaat dia minta garukin punggung.
Saya dan Papah itu bisa dibilang hampir sama. Saya selalu mendengarkan apa yang papah pikirkan tentang keluhan papah tentang agama, politik, dan kehidupan nyata. Saya tidak punya pengetahuan tentang politik akhirnya apa yang dia sampaikan, setuju saja. Tetapi, mulai berbeda pendapat tentang selera musik, dan visual karena saya lebih berintuisi dan berpengalaman tentang visual design.
Dari saya kecil, saya dan papah selalu nonton bareng di bioskop dari film populer action, perang, fantasy, dan animasi. Hanya saja papah, tidak selalu menonton animasi (tidak seperti saya yang fanatik). Tetapi, saya mengerti film animasi yang papah bisa ditonton. Akhirnya, Papah senang, itu membuat saya terhibur.
Entah kenapa, Bila saya jalan - jalan ke mall atau pergi ke tempat asing, selalu bersama Papah. Banyak yang bilang bahwa papah terlalu protective saya, sehingga saya menjadi tidak mandiri. Tetapi, menurut papah yakin sekali bahwa saya akan mandiri nanti setelah saya selesai kuliah dan mendapatkan pekerjaan. Papah selalu stress bila saya nyetir sendiri. Hal ini, saya mengakui papah memang membuat saya ragu - ragu untuk pergi jauh. Setiap saya ingin pergi, harus dengan supir saya. Terkadang, saya anak yang emosi tidak terkontrol, akhirnya saya jalan kaki dari sekolah ke rumah atau dari kampus ke rumah. Saya mempunyai dua pikiran, saya senang bareng papah karena selalu bercerita keadaan saya dan saya stress karena selalu bareng apapun dan kemanapun. Dalam keadaan sekarang, saya menyesal.
Saya sudah terlalu melekat dengan papah, apapun keputusan papah, saya terima. Tetapi, bila ada keadaan yang mendesak, saya bisa memberikan keputusan sendiri, ini terjadi semejak saya kuliah.
No comments:
Post a Comment